Senja itu, dari balik jendela kulihat dirimu melangkah semakin jauh menuruni jalan dengan kaki telanjang lalu lenyap ditelan kabut yang seperti tiba-tiba saja mengendap aku sendiri saja di dalam kamar, tak ingin menjadi bagian waktu di luar jendela kulihat senja, semburat cahaya membuat rambutmu tampak keemasan seseorang memanggilmu, yang kemudian ku tersadar suara itu datang dari dalam hatiku selalu seperti mimpi jika memandang senja selalu seperti dirimu yang menciumi mawar tanpa mau memetiknya "tempat terindah untuk mawar adalah batangnya" katamu dulu, nun masa yang lalu masa yang mengapa harus saja berlalu(Pea)
Label: Poetry
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar