Problematika Etika dan ilmu Pengetahuan
Diposting oleh And The Story Goes di yogyakarta Selasa, Juni 23, 2009Dewasa ini, seluruh segi kehidupan kita telah diliputi oleh berbagai macam kegiatan teknologi, dari dapur kita yang menyajikan kopi menggunakan kompor gas hingga perkakas-perkakas canggih di perusahaan-perusahaan. Dan tidak bisa dipungkiri pula bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa diimbangi sikap etis yang sesuai bisa menimbulkan manipulasi.[1]
Menurut Dr.J.Sudarminta SJ,”kehidupan umum masyarakat yang semakin dikuasai oleh budaya ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan rasionalitas dan ilmiah-teknologisnya yang bebas nilai, semakin lepas dari kendali dan pertimbangan etis. Sebaliknya, dunia nilai-nilai, termasuk di dalamnya nilai moral, semakin dijadikan urusan privat yang didasarkan atas pertimbangan pra-rasional dan konvensional. Akibatnya arah dan tujuan perkembangan peradaban manusia modern sendiri menjadi tidak jelas.”
Sesungguhnya ide dasar penerapan hasil-hasil ilmu pengetahuan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan manusia. Ekspektasi besar manusia pada ilmu pengetahuan bahwa itu dapat membantu dan memudahkan manusia mencapai tujuan-tujuan hidupnya. Namun yang terjadi kemudian adalah absuditas (paradoks): bahwa ilmu pengetahuan justru membiaskan kehancuran dan malapetaka bagi alam dan manusia.[2]
Oleh karena itu, pada tingkat aksiologis, penyelarasan antara nilai-nilai dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknogi adalah hal yang mutlak. Nilai ini menyangkut etika dan moral manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemaslahatan manusia itu sendiri. Karena menurut Maqbul halim,[3] dalam penerapannya, ilmu pengetahuan juga punya bias negatif dan destruktif, maka diperlukan patron nilai etika dan moral untuk mengendalikan potensi “id” (libido) dan nafsu angkara murka manusia ketika hendak bergelut dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan. Di sinilah nilai etika dan moral menjadi ketentuan mutlak, yang akan menjadi well-supporting bagi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan derajat hidup serta kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan ilmu pengetahuan modern merupakan suatu kegiatan berantai; suatu penemuan disuatu bidang acapkali mempengaruhi penemuan-penemuan dibidang-bidang lain.[4]
Lalu,bagaimana mengatasinya? Salah satu kemungkinan bentuk usaha perpaduan antara nilai etika dan moral dengan ilmu pengetahuan adalah mengusahakan agar percaturan (discourse) antar-disiplin ilmu sebagai sarana pengambilan keputusan etis bersama-sama semakin banyak dilakukan. Masalah-masalah seperti masalah ekologi (baik yang menyangkut semakin tingginya tingkat pengurasan sumber daya alam, pengrusakan lingkungan maupun pelestariannya), masalah perdamaian dunia, ketidakadilan sosial internasional, kebijakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,dsb. Masalah-masalah tersebut merupakan tanggung jawab bersama umat manusia Dewasa ini, baik penelitian yang diresapi oleh nilai-nilai etika dan moral serta rasa tanggung jawab terhadap masyarakat maupun pengambil keputusan untuk kepentingan masyarakat yang diterangi oleh informasi ilmiah amat diperlukan untuk menagani masalah-masalah di atas.[5]
Tujuannya adalah untuk menjalin komunikasi dan hubungan yang saling menunjang,dan tentu saja identitas masing-masing memang perlu dihormati. Maka, dialog antara ilmu pengetahuan dan etika mau menekankan adanya pertalian antara keduanya, tanpa menghapus perbedaan hakiki yang ada diantara keduanya.[6] Bila kita menengok kenyataan bahwa teknologi informasi dewasa ini telah merambah keberbagai aspek kehidupan manusia. Contohnya saja media massa seperti televisi dan internet yang awalnya diciptakan untuk mempermudah manusia dalam mendapatkan informasi, sekarang justru dimanfaatkan untuk kepentingan kaum kapitalis. Akibatnya, media komunikasi modern sekarang ini cederung tidak lagi menyajikan makna dan pesan yang komunikatif. Sebagai ganti, media komunikasi lebih berfungsi untuk menghasilkan sebuah dunia atau gambar-gambar rekaan untuk sebuah gaya hidup tertentu. Media komunikasi tidak lagi bertujuan untuk mencari dan menemukan sebuah kualitas kemanusiaan yang lebih tinggi.[7] Film-film remaja yang banyak diproduksi baru-baru ini, laris di pasaran bukan karena mutu pembuatan filmnya, akan tetapi lebih karena film tersebut menjual kehidupan remaja, bahkan sangat mengeksploitasi kehidupan remaja. Film tersebut diminati remaja, karena banyak mempertontonkan adegan-adegan syur dengan membawa pesan-pesan gaya pacaran yang sangat “berani”. Akibatnya, remaja mencontoh gaya pacaran yang mereka tonton di film.
Tayangan yang mengandung unsur pornografi makin digenjot para produser televisi. Goyang erotis para penyanyi dangdut,Angin malam, atau Desah,diputar dengan vulgar. Selain itu, VCD Porno, buku stensilan, dan internet yang menjadi pensuply info remaja seputar seks dengan bebas beredar di pasaran. Dibuktikan pengaruhnya dengan adanya penelitian yang dilakukan Pusat Studi Hukum Universitas Islam Indonesia (PSH UII) yang mengungkapkan, bahwa dari 202 responden remaja (15-25 tahun), sekitar 15% mengaku pernah melakukan hubungan seks. Mereka mengaku terpengaruh oleh tayangan pornografi baik melalui internet, VCD, TV atau bacaan porno.( Eramuslim.com, 09/09/2003 )
Kerusakan nilai etika dan moral remaja masa kini memang tidak bisa dilepaskan dari pegaruh media yang mempopulerkan tema-tema yang umum,yang gampang diterima dengan perspektif yang terbatas variasinya. Misalnya percintaan, sex, misteri, kekerasan dan kekayaan.Tentu saja produsen (kaum kapitalis) mengabaikan nilai-nilai etika dan moral dalam masyarakat. Karena hal tersebut akan membatasi penikmatnya. Akibatnya? Profit bisa berkurang.
Betapapun canggihnya ilmu pengetahuan dan teknologi, ia hanyalah alat yang diperuntukkan membantu manusia. Betapapun canggihnya ilmu pengetahuan dan teknologi, ia tidak akan bermanfaat bila tidak dipakai secara proporsional.[8] Maka dari itu, kita layaknya berhati-hati mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Daftar Pustaka
Abrar,Ana Nadhya.Teknolgi Komunikasi Perspektif Ilmu komunikasi. Yogyakarta:LESFI
Halim, Maqbul. 2004. Kaitan Antara Etika dan Ilmu Pengetahuan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
SJ,Dr.Sudiarja. Nilai-Nilai Etis dan Kekuasaan Utopis.Yogyakarta:Kanisius.
SJ,Dr. Sudarminta.1992.Etika dan ilmu Pengetahuan,Perlunya Suatu Dialog. dalam Dr.Sudiarja SJ.Nilai-Nilai Etis dan Kekuasaan Utopis.Yogyakarta:Kanisius.
SJ,Dr. Budi Susanto.1992. Etika Komunikasi:Taktik Media Massa. dalam Dr.Sudiarja SJ.Nilai-Nilai Etis dan Kekuasaan Utopis.Yogyakarta:Kanisius.
[1]Dr.Sudiarja SJ. 1999. Nilai-Nilai Etis dan Kekuasaan Utopis.Yogyakarta:Kanisius,hal 8[2]Maqbul Halim. 2004. Kaitan Antara Etika dan Ilmu Pengetahuan. Bandung: Remaja Rosdakarya,hal 3[3]Ibid. Hal 4[4]Dr. Sudarminta SJ.1992.”Etika dan ilmu Pengetahuan,Perlunya Suatu Dialog” dalam Dr.Sudiarja SJ. Nilai-Nilai Etis dan Kekuasaan Utopis.Yogyakarta:Kanisius.Hal 18[5] ibid. hal 20[6] ibid. hal 13
[7]Dr. Budi Susanto SJ.1992. “Etika Komunikasi:Taktik Media Massa” dalam Dr.Sudiarja SJ. Nilai-Nilai Etis dan Kekuasaan Utopis.Yogyakarta:Kanisius,hal 69[8]Ana Nadhya Abrar.”Teknolgi Komunikasi Perspektif Ilmu komunikasi”. Yogyakarta:LESFI,hal 3
Label: Kuliah
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
0 komentar:
Posting Komentar