I. Pendahuluan
Perkembangan kebudayaan di pulau Sumatra tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan India. Berbagai kelompok masyarakat dari anak benua India telah datang ke Sumatra sejak masa pra-sejarah. Karena itu, seperti dikatakan Duta Besar India, HK Singh untuk Indonesia, “Rakyat India dan Indonesia memiliki ikatan batin yang kuat. Sebab, mereka saling mempengaruhi dalam aneka ragam bidang kehidupan, baik kepercayaan, ideologi keagamaan, kebudayaan, kesenian, bahasa maupun filsafat.” Hal ini diawali dengan adanya hubungan wilayah-wilayah yang dihuni orang Melayu dengan India (terutama India Selatan) sejak masa Hindu, kemudian Budha, dan akhirnya Islam tidak pernah putus baik dagang maupun budaya. Sejak abad ke-13 M, sebagian India selatan (terutama malabar) sudah memeluk agama islam dan bermazhab sama dengan orang melayu, yaitu mazhab Syafei. Tidak hanya Islam, menurut dosen arkeologi UI Agus Aris Munandar, “Indonesia mewarisi Hinduisme, Buddhisme, bahkan Islam, dari India.” Warisan agama-agama ini masih tersisa di beberapa tempat di Sumatera. Selain itu di beberapa tempat, tampak sisa-sisa keturunan dan kebudayaan masyarakat India yang telah berbaur dengan masyarakat di Sumatra.
Dengan apa yang diuraikan di muka, saya berusaha menerangkan pengaruh kebudayaan asal India, khususnya India Selatan yang banyak berkembang di pulau Sumatra. Karena, teringat kembali pada kata-kata Prof.Veth kira-kira satu abad yang lalu. Ia mengatakan bahwa,”kita tidak usah selalu saja berfikir bahwa arus pengaruh kebudayaan Hindu itu harus datang dari pulau Jawa”. Hal ini saya anggap penting karena sering dilupakan orang. Semenjak munculnya kudayaan Hindu Jawa-Bali,semua perhatian banyak tertuju ke sana. Hampir terlupakan sebuah penetrasi lain yang berasal dari India Selatan. Masuk melalui suatu kota pelabuhan di Sumatra Utara yang dulu mungkin merupakan salah satu kota dagang tertua, terbesar dan paling internasional dibandingkan dengan kota pelabuhan lain di Nusantara.
II. PEMBAHASAN
a.Bahasa
Sejak abad ke-4 dan ke-5, pengaruh budaya India menjadi semakin jelas. Bahasa Sansekerta digunakan dalam berbagai prasasti. Namun sejak abad ke-7, huruf India semakin sering dipergunakan untuk menulis bahasa-bahasa setempat yang kini sudah mengandung banyak kata pinjaman bukan saja dari bahasa Sansekerta, tetapi juga dari berbagai prakrit dan bahasa-bahasa Dravida.
Sampai saat ini, kitab-kitab aksara yang masih sering di gunakan di masyarakat, Lampung,dan Batak berasal dari aksara Pallava yang di terima oleh nenek moyang kita dari hasil berinteraksi dengan pendatang dari india yang dinasionalisasikan. Beberapa ahli berpendapat bahwa orang Batak Karo (marga besar Sembiring) dianggap sebagai keturunan Tamil yang hingga sekarang paling banyak memperlihatkan pengaruh kebudayaan dari india Selatan itu. Banyak nama marga atau sub-marga rumpun Sembiring seperti Pandia,Meliala,dan Cholia berasal dari bahasa Tamil.
Selain itu, Pengaruh kebudayaan ini (terutama bahasanya) juga melebar di Minangkabau dan beberapa daerah di bagian tengah pulau sumatra. Menurut seorang ahli bahasa Prof.Van Ronkel,kata-kata seperti,gudang,kuli,suasa,kodi,kolam,peti, niaga,bedil,dan tembaga,berasal dari Tamil. Begitu juga kata-kata sehari-hari seperti marapulai,kuli,pualam,cemeti,jodoh,gundu,badai,kolam,belenggu,dahaga,kanji, mahligai,maupun nama kue-kue lezat khas minang seperti talam,onde-onde,apam,dan serabi.
b.Kesenian
Mendu atau mungkin asalnya bernama main hindu adalah jenis teater tradisional melayu,karena lahirnya diilhami oleh wayang farsi yang dibawa mula-mula oleh orang India ke jajahan Ingris di Penang dan Singapura dalam kurun 1870-an. Mula-mula wayang farsi memakai bahasa india (Gargi,1962:154-161). Mendu membawakan cerita dari Persia dan Timur Tengah lainnya, yang ceritanya seperti Hikayat Dewa Mendu, dipenggal menjadi delapan episode yang tamat kurang-lebih dua bulan. Meskipun cerita yang dibawakan masih cerita dewa-dewa pengaruh hindu, sedah ditutupi oleh pengaruh islam dengan pemimpin permainan yang disebut syekh. Mendu juga populer di Riau sampai sekarang dan di Sumatra Timur pada awal abad ke-20. Semua teater tradisional itu bertemakan:
1.Pengalaman seorang pangeran yang mengalami penderitaan dan akhirnya dengan bantuan pihak ketiga (jin atau dewa) berhasil mencapai kemenangan dan memperoleh putri yang cantik sebagai istri.
2.Benturan antara baik dan buruk dengan kemenangan pada pihak yang baik.
3.mengekalkan tatanan sosial istana dan para bangsawan selaku pelindung rakyat dan sebagai panutan peradaban serta tradisi.
Dari Mendu ini, dengan pengaruh barat (opera) lahir teater yang bersifat peralihan ke teater modern,yaitu Bangsawan. Di Palembang, Jambi dan Kalimantan teater ini lebih populer dengan nama Dul Muluk. Bangsawan sudah berbentuk dua dimensi, sudah berpanggung dan berlayar banyak dan diiringi pemain-pemain musik. Berbeda dengan struktur indianisasi Jawa-Bali, tipologi peran dalam rumpun Sumatra lebih berdasarkan jenis makhluk dan kedudukan (raja,mentri,jin, putri,dll), sedangkan pada rumpun Jawa-Bali menekankan pada watak manusia.
Berbagai raga musik India Selatan juga berpengaruh pada lagu senandung Melayu. Seperti musik Pesta Boria yang memperingati terbunuhnya cucu Nabi yaitu Hasan dan Husin di padang Korbala. Lalu, Calti yang kini populer disebut Pop Melayu (dangdut) yang juga menyebar ke seluruh penjuru indonesia, merupakan hasil perpaduan antara dua budaya itu.
c. Makanan
Salah satu contoh masakan khas sumatra yang merupakan makanan yang dipengaruhi oleh india ialah masakan Rendang Daging. Pada masakan ini, digunakan bumbu ketumbar,bawang putih,bawang merah,cabe merah,jahe,laos,kunyit,serai,daun salam, asam,kunyit,dll. Racikan bumbu-bumbu tersebut,merupakan pengaruh cara memasak dari india. Seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito, dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM).“Pengaruh India dapat dilihat dari penggunaan jinten, kunyit, ketumbar, dan jahe.” kata Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito, dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM).
d. Adat-Istiadat dan Kebiasaan
Begitu pula dengan pengaruhnya terhadap adat-istiadat di beberapa daerah di Sumatra. Contohnya pada rumpun Borbor, di daerah Toba atau Dairi. Mereka memilki adat membakar mayat dan menghanyutkan sebagian dari tulang-tulang di sungai. Menurut Joustra itupum juga merupakan kebiasaan marga Sembiring yang berasal dari bangsa Tamil. Dalam cerita-cerita mitologi Batak, beberapa kebiasaaan dan adat Batak, kalender mereka, malah permainan caur, dianggap berasal dari kebudayaan yang sama.
III. PENUTUP
Berbagai kebudayaan dari India telah banyak masuk dan menyerap ke berbagai sendi kehidupan masyarakat Sumatra. Sistem kepercayaan,adat-istiadat pun bercampur baur antara yang murni masyarakat setempat dengan asal India. Banyak hal di daerah sumatra, terutama di Sumatra Barat dan Utara yang mencerminkan pengaruh India yang sangat kuat. Selain itu di beberapa tempat, tampak sisa-sisa keturunan masyarakat India yang telah berbaur dengan masyarakat di sana. Nama-nama keluarga (marga) di kalangan masyarakat Sumatra, berasal dari nama-nama India, hal ini menunjukkan adanya warisan percampuran antara kedua budaya tersebut .
DAFTAR PUSTAKA
Amran, Rusli.Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang.1981.Jakarta:Sinar Harapan.
Ayatrohaedi.Sejarah Kesenian.1990.Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.
http://www.duniaesai.com/arkeo/arkeo5.html
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0703/01/nasional/3344644.html
http://www.republika.co.id/koran_detail.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_India-Indonesia.html
Label: Kuliah
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
0 komentar:
Posting Komentar